Di suatu hari di bulan November yang dingin di Helsinki, temperatur di dalam Exhibition & Convention Centre terus memanas. Di atas panggung, butiran keringat berkilau saat anak-anak muda menyampaikan gagasan mereka kepada para angel investor. Ini adalah Slush, sebuah acara perjodohan utama untuk bisnis di seluruh dunia. Jukka Salmikuukka, Director of New Business Concepts dari KONE duduk di dekat panggung. Tapi apa yang diharapkan perusahaan raksasa seperti KONE dari sebuah acara untuk pengusaha pemula?
"Kami bekerja sama dengan perusahaan startup untuk mempercepat proses inovasi karena mereka kreatif, gesit dan terbuka untuk menerima teknologi baru," ujar Salmikuuka. "Ini bukan lagi sebuah kompetisi individual antar perusahaan, tapi lebih kepada kompetisi antar ekosistem," tambahnya.
Dengan memanfaatkan ketangkasan start-up, KONE dapat berfokus pada ekosistem intinya dan membiarkan para visioner yang lebih gesit untuk menemukan sudut pandang baru untuk meningkatkan pengalaman pelanggan. "Kami percaya bahwa 1 + 1 = 3," kata Salmikuukka.
MENYATUKAN PEMIKIRAN BERSAMA
Perusahaan raksasa mulai dari Apple hingga Google telah bekerja sama dengan bisnis teknologi yang kecil dan gesit, ujar CEO Slush, Riku Mäkelä.
"Kerja sama bisa dalam bentuk projek percobaan dengan beberapa startup, membuka antarmuka digital baru dan Application Programming Interfaces (APIs) untuk aplikasi baru, atau mengadakan acara hackathon dan kompetisi," kata Mäkelä.
KONE secara aktif melakukan ketiga cara tersebut. Pada Slush 2014, KONE melontarkan tantangan-tantangan berikut pada API Challenge untuk para pengembang: "Jika kami memberikan antarmukanya pada Anda, aplikasi apa yang akan ada buat yang dapat menguntungkan kita?" Pemenangnya, iBeaconfi, menerima hadiah uang sebesar €15.000 untuk digunakan dalam pembuatan prototype bekerja sama dengan KONE.
Pada 2014, KONE mengumumkan Panggilan Terbuka untuk People Flow Ecosystems yang tidak hanya berfokus pada teknologi tapi juga dapat membantu startup memproduksi barang yang komersil.
KEAMANAN DENGAN INDOOR NINJA
Sebuah aplikasi manajemen pengunjung yang dikembangkan oleh startup dari Estonia, Indoor Ninja, sedang diuji coba di Navigator, sebuah kompleks perkantoran futuristik di Tallinn. Sebagai sebuah uji coba yang dibimbing oleh KONE, applikasi ini secara penuh didesain oleh Indoor Ninja dengan bantuan intergrasi dari KONE.
Sementara sebagian besar sistem kontrol akses membiarkan pengunjung terkunci di luar elevator dan terjebak di lobby, aplikasi dari Indoor Ninja memungkinkan tenant gedung untuk mengatur kedatangan tamu mereka menggunakan smartphone. Setelah tenant menerima tamu mereka, elevator akan secara otomatis mengantar tamu ke lantai yang dituju.
"Elevator hanya akan bisa digunakan oleh orang yang telah diberikan ijin oleh tenant. Hal ini akan meningkatkan keamanan serta mengurangi biaya karena tidak lagi membutuhkan resepsionis. Terlebih lagi, solusi ini membawa kita lebih dekat lagi dengan era kota pintar," kata Marko Kull dari Capital Mill, pemilik gedung Navigator.
Sinergi antara bisnis kecil dan besar sempurna pada proyek uji coba ini, kata Peep Paum, penemu Indoor Ninja dan CEO dari Mobile Digital OÜ. "Sebuah startup mungkin memiliki ide yang bagus, tapi tanpa dukungan keuangan ide itu bisa menjadi sia-sia. Kami percaya perusahaan besar bisa diuntungkan dari kegesitan dan efisiensi pada pengembangan prototipe dengan set-up seperti kami," tambah Paum.
MEMBUAT KEAJAIBAN TERJADI
Salmikuukka mengatakan Indoor Ninja merupakan ramalan dari hal-hal besar yang akan datang. "Sebentar lagi kita akan melihat sistem navigasi yang bisa berpikir, secara otomatis melakukan semuanya sendiri mulai dari memanggil elevator hingga menyalakan lampu dan menuntun Anda menuju tempat tujuan. Ini adalah inti dari integrasi People Flow - sebuah pengalaman layanan yang terasa ajaib."